Senin, 15 Desember 2014

Effect of Silvofishery on Ponds Nutrient Levels

Anna Ida Sunaryo Purwiyanto and Fitri Agustriani

ILMU KELAUTAN Juni 2014 Vol. 19(2):81-87
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ijms 



Abstract

Sembilang National Park is one of the national parks which is located in South Sumatera and became the largest mangrove area in western Indonesia. Most of the mangroves area in this national park has been experiencing conversion to be tidal ponds. This has resulted in concerns on mangrove forest destruction in the park. One of the efforts to maintain mangroves area is by applying silvofishery system, which is mangrove planting and cultivation of milkfish in ponds performed simultaneously. This study aims to investigate the water quality and nutrient condition in the ponds in the area of silvofishery restoration at Sembilang National Park. The study was conducted by purposive sampling method in the silvofishery ponds, non-silvofishery ponds, and river water bodies throughout the park. Measurements conducted on water quality parameters and nutrient content, especially nitrate and phosphate. The results showed that the presence of mangrove in the ponds area is able to improve the oxygen content and pH of pond water. Mangroves also demonstrated the ability to bind nitrates which indirectly will prevent the pond water from pollution. However, the high phosphorus content showed that young mangrove plants in the restoration area have not been able to significantly bind the of this nutrient. The results of this study showed that mangrove forests are very beneficial for aquaculture activities because of its ability to absorb nutrient pollutants.
 

Keywords: silvofishery; ponds; nitrate; phosphate; Sembilang National Park

Jumat, 22 November 2013

Potensi Akumulasi Logam Cu di Perairan Timur Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan

Anna Ida Sunaryo Purwiyanto dan Susi Lestari

Seminar Nasional Kelautan & Perikanan
“Pengembangan IPTEK Kelautan & Perikanan dalam 
Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia”
Kupang, 12 Oktober 2013


ABSTRAK

Wilayah perairan timur Muara Sungai Banyuasin merupakan salah satu pusat penangkapan sumberdaya perikanan di Sumatera Selatan, tetapi muara ini juga menjadi salah satu muara sungai terbesar yang tidak luput dari aktifitas transportasi dan buangan limbah industri dan domestik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat konsentrasi logam Cu pada perairan timur Muara Sungai Banyuasin, terutama pada bagian dasar perairan, sedimen, dan biota bentik (yaitu kepiting) yang hidup di muara ini dan potensi terjadinya bioakumulasi Cu pada kepiting. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012, dengan titik sampling mencakup bagian luar muara (stasiun 1), bagian tengah muara (stasiun 2) dan bagian dalam muara (stasiun 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam Cu tertinggi pada dasar perairan adalah pada stasiun 1 (0,174 ppm) dan terendah pada stasiun 2 (0,003 ppm). Pada bagian sedimen, Cu tertinggi terdapat di stasiun 3 (0,1113 ppm) dan terendah pada stasiun 1 (0,0387 ppm). Sedangkan pada daging kepiting, Cu tertinggi ditemukan pada kepiting di stasiun 1 (0,3667 ppm) dan terendah pada kepiting stasiun 2 (0,2450 ppm). Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa kandungan Cu pada daging kepiting memiliki hubungan keeratan lebih tinggi terhadap konsentrasi Cu pada dasar perairan (R2 = 0,981) dibandingkan terhadap Cu pada sedimen (R2 = 0,395). Perhitungan BCF menunjukkan adanya kemampuan akumulasi logam Cu pada daging kepiting namun dengan kategori akumulasi rendah.


Kata kunci : tembaga (Cu), kepiting, BCF, perairan timur Muara Sungai Banyuasin


ABSTRACT

East coast River estuary of Banyuasin is one of thecapture fishery resources in South Sumatra province, but this estuary also become one of the largest estuaries which has impact from transport activity, domestic waste and industrial waste. The purpose of this research is to find out the level of concentration of Cu in the estuary of the east coast River Banyuasin, especially in the bottom waters, sediments, and benthic biota (i.e crab) who live in this estuary dan the accumulation potention of Cu in crabs. The research was conducted in October 2012, with tree sampling points outside the estuary (station 1), the middle of the estuary (station 2) and the inside of the estuary (station 3). The results showed that the highest Cu content in the waters is at station 1 (0.174 ppm) and the lowest at station 2 (0.003 ppm). In the sediments, the highest Cu in station 3 (0.1113 ppm) and the lowest at station 1 (0.0387 ppm). While in the crab meat, crab found in the highest Cu at station 1 (0.3667 ppm) and the lowest at station 2 crab (0.2450 ppm). Results of regression analysis showed that the Cu content in the crab meat has a higher relationship closeness of Cu concentration in the waters (R2 = 0.981) compared to Cu in sediments (R2 = 0.395). BCF calculation shows the ability of Cu accumulation in the crab meat, but with a low accumulation category.


Key words : copper (Cu), mud crab, BCF, east side of River Banyuasin Estuary

Selasa, 30 April 2013

Korelasi Konsetrasi Logam Berat Cu Pada Daun Avicennia sp Terhadap Gonad Scylla serrata di Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan



Anna Ida Sunaryo Purwiyanto
Jurnal Penelitian Sains 15 (4) : 15432-160 - 15432-163 
Intisari: Logam berat Cu merupakan salah satu jenis methalothionein esensial yang sangat mempengaruhi aktifitas reproduksi organisme dan akan bersifat toksik bila konsentrasinya melebihi ambang batas. Secara alami, logam Cu tersebar di berbagai ekosistem, baik ekosistem perairan maupun sedimen, salah satunya adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan salah satu perangkap alami Cu yang akumulasinya akan mempengaruhi biota yang berasosiasi dengan ekosistem ini, termasuk juga kepiting yang memanfaatkan daun mangrove sebagai pakan alami. Organ pada Scylla serrata yang paling terpengaruh adalah gonad, sehingga adanya kandungan Cu pada daun mangrove akan mengakibatkan gonad juga terkontaminasi. Hubungan akumulasi pada mangrove tersebut diduga memiliki korelasi positif dengan akumulasi pada organ reproduksi kepiting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa korelasi konsentrasi Cu pada daun Avicennia sp dan Cu yang terdapat dalam gonad kepiting. Pengukuran konsentrasi Cu dilakukan dengan menggunakan metode AAS-flame. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam Cu pada gonad jantan (0,0064 ppm) ternyata lebih tinggi dibandingkan gonad betina (0,0059 ppm) dan konsentrasi Cu tersebut memiliki kaitan yang cukup tinggi terhadap konsentrasi Cu yang terkandung dalam daun mangrove api-api (0,00075-0,0022 ppm).
Kata Kunci: Cu, gonad, Scylla serrata, daun Avicennia sp

Abstrac
t:  Heavy metals Cu is one of the essential methalothionein which influence reproductive activity of organisms and will be toxic when its concentration exceeds a threshold. Naturally, Cu spread  in various ecosystems, both aquatic and sediment ecosystems, one of example is a mangrove ecosystem. Mangrove ecosystem is one of the natural trap which accumulate Cu and affecting associated organism, including mangrove crabs that use leaves as a natural food. One of the most affected organ of Scylla serrata is the gonad, so that the Cu content in the leaves of mangroves will result contaminated in gonads. These relationship suspected has a positive correlation. Therefore, this study aims to determine the correlation between Cu which contains in the leaves of mangroves and Cu contained in the gonad crab. Cu concentration measurements performed using AAS-flame method. The results showed that Cu metal content in the male gonads (0,0064 ppm) were higher than female gonads (0,0059 ppm) and those Cu content has a high correlation to the concentration of Cu contained in mangrove leaf ((0,00075-0,0022 ppm).
Keywords: Cu, gonad, Scylla serrata, Avicennia sp leaves
Email: anna.ida3@gmail.com


Senin, 22 April 2013

Principles of Ion exchange chromatography

Ion exchange atau bahasa indo nya pertukaran ion sering terjadi, baik di perairan maupun di sedimen. Proses ini mengakibatkan mineral yang terdapat di perairan atau sedimen menjadi bervariasi, bahkan bila pertukaran ion yang terjadi cukup tinggi, tidak menutup kemungkinan dominasi mineral pada suatu lingkungan juga akan mengalami perubahan.

Semoga video ini membantu memahami prinsip terjadinya ion exchange...


Kamis, 18 April 2013

Vertical Distribution and Flux of Nutrients in the Sediments of the Mangrove Reclamation Region of Muara Angke Kapuk – Jakarta



Anna Ida Sunaryo Purwiyanto1, Tri Prartono2), Alan Frendy Koropitan2)
1*). Program Studi Ilmu Kelautan, FMIPA – Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan 30662, Indonesia
2). Departemen Ilmu Kelautan, FPIK – IPB, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, Indonesia



ABSTRACT
The reclaimed mangrove estuary in Muara Angke Kapuk is a reclaimed area that has not evaded the impacted of pollution and waste in the areas surrounding Cengkareng, Jakarta. This is apparent from the fact that almost all sediments under the mangrove trees are buried under heaps of plastic trash. However, the reclaimed region still has variety of organism, which indicating that the region still has an internal carrying capacity, especially nutrients from sediment. The purpose of this research was to examine the condition of sediment nutrients in this mangrove reclamation region. The research was conducted by taking water samples using a modification of the stratified cup at a sediment depth of 0-15 cm with depth intervals of 2.5 cm, and taking sediment samples using the sediment ring. Pore water samples were measured for dissolved oxygen (DO) and concentrations of ammonia, nitrite, nitrate, and phosphate. Sediment samples were used to obtain porosity values. The data obtained is used to make vertical concentration profiles and analysis of vertical nutrient flux. Vertical nutrient flux analysis was performed with the aid of QUAL2K software version 2.11. The results showed different vertical distributions and flux of nutrients, where influx for ammonia and phosphate and an increase in line with increasing sediment depth, while nitrate efflux and a decreased concentration. The flux calculation of nitrite as transitory nutrient was not done, but the concentration decreased after a depth of 2.5 cm. This indicates that the high contamination on the surface does not prevent the natural chemical processes so the reclaimed region can still provide nutritional support for its organism.




Keywords : porewater, nutrient, fluxes, sediment, Muara Angke Kapuk


Makara Journal , 2012, 16(3) : 197-202
http://journal.ui.ac.id/index.php/science/article/view/1482/1280

Daya Serap Akar dan Daun Mangrove Terhadap Logam Tembaga (Cu) di Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan

Maspari Journal, 2013, 5 (1), 1-5


ABSTRAK

Perairan Tanjung Api-Api merupakan suatu ekosistem penting di wilayah Sumatera Selatan. Perairannya yang menjadi jalur sibuk berbagai jenis kapal dan aktifitas perikanan, serta keberadaan hutan mangrove yang masih tebal menjadikan perairan ini sebagai ekosistem yang unik. Aktifitas yang dilakukan di perairan Tanjung Api-Api ini tentu saja akan menghasilkan limbah dan mempengaruhi kondisi mangrove yang terletak tepat di sepanjang perairan. Salah satu limbah yang cukup berbahaya bagi ekosistem mangrove adalah tembaga (Cu) mengingat peran Cu bagi metabolisme tumbuhan yang akan menyebabkan kematian bila jumlahnya berlebih . Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada fungsi mangrove dalam menghadapi limbah Cu dengan cara menyerap dan mengakumulasikannya dalam jaringan tumbuhan (akar dan daun) mangrove, khususnya Avicennia dan Rhizopora. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akar mangrove mengakumulasi Cu lebih banyak. Rata-rata kandungan logam Cu pada akar dan daun Avicennia adalah 0,0035 ppm dan 0,0013 ppm, sedangkan pada akar dan daun Rhizopora adalah 0,0028 ppm dan 0,0007 ppm. Akumulasi tersebut belum melebihi ambang batas karena mangrove dapat menyerap Cu hingga 15 ppm. Akumulasi Cu pada Avicennia yang lebih tinggi dibandingkan Rhizopora menunjukkan bahwa zona terdepan hutan mangrove mengakumulasi logam berat lebih banyak dibandingkan zona mangrove di belakangnya.


Kata kunci : tembaga (Cu), akar dan daun mangrove, Tanjung Api-api


Full text 
http://jurnalmaspari.blogspot.com/2013/03/volume-5-nomor-1-januari-2013.html








Rabu, 02 Januari 2013

Total Organic Carbon Analysis

Step 1 for TOC water analysis equipment



Step 2 for TOC water analysis equipment


Step 3 for TOC water analysis


Analysis TOC in sediment