Ada soal : Jelaskan beda proses pembekuan lapisan es di
salinitas kurang dari 24,7 dengan salinitas lebih dari 24,7 ...
Jawabannya kira-kira begini :
Kira-kira sih inti penjelasannya seperti itu. Mudah-mudahan sedikit memberi pengetahuan...
Diambil dari :
Assignment 2 Oseanografi Fisika
with Prof. Mulia Purba
Related citation :
Jawabannya kira-kira begini :
Proses pembekuan lapisan es di perairan, baik di
perairan tawar maupun air laut, sangat bergantung pada densitas massa air yang
terdapat di perairan tersebut. Densitas adalah massa air per unit volume.
Densitas air tawar berbeda dengan air laut. Air tawar memiliki nilai densitas
yang lebih rendah daripada air laut, yaitu 1,00 g/cm3 untuk air
tawar dan 1,027 g/cm3 untuk air laut. Itulah sebabnya, air tawar
dapat “mengalir” di atas air laut. Densitas sangat penting karena dapat
mempengaruhi pergerakan massa air secara vertical. Massa air yang mengalami
perubahan densitas akan mengalami pergerakan secara vertical dan mengalami
proses konveksi.
Proses konveksi adalah proses pergerakan. Dalam
hal ini, pergerakan yang dimaksud adalah pergerakan massa air secara vertical.
Dimana massa air yang memiliki densitas lebih besar, sehingga lebih berat dan
memiliki suhu lebih dingin, akan tenggelam ke bawah. Massa air yang di
permukaan digantikan oleh massa air yang memiliki nilai densitas lebih kecil, lebih
ringan dan lebih hangat.
Densitas dipengaruhi oleh dua factor, yaitu suhu
dan salinitasnya. Densitas akan meningkat secara linier seiring dengan bertambahnya
nilai salinitas. Tetapi pengaruh suhu tidaklah demikian. Secara umum, penurunan
suhu akan mengakibatkan densitas meningkat. Namun hal itu terjadi selama air
berada di bawah suhu yang mengakibatkan densitas maksimum. Pada Gbr 1
terlihat, pada suhu 40C, densitas telah mencapai nilai maksimum
(1,00 g/cm3), sehingga bila suhu terus menurun hingga akhirnya
membeku, densitas justru akan mengalami penurunan juga.
Densitas yang berbeda pada air tawar dan air laut
juga menyebabkan proses pembentukan lapisan es pada keduanya juga berbeda.
Pembentukan es, selain dipengaruhi oleh nilai densitasnya, juga dipengaruhi
oleh suhu yang menjadi titik beku dan titik densitas maksimum.
Gbr 1. Diagram
temperature-density pada air tawar
(http://www.ourlake.org/html/density.html)
Pada air tawar, titik beku terjadi pada suhu 00C
dan titik densitas maksimum pada suhu 40C. Hal ini berarti air akan
melalui suhu yang memaksimumkan densitas massa air terlebih dahulu baru
kemudian melalui titik bekunya. Saat air mencapai suhu densitas maksimum, air
menjadi lebih ringan. Massa air tidak lagi mengalami proses konveksi. Penurunan
suhu yang terus terjadi akan mendinginkan massa air. Pendinginan terjadi hanya
pada lapisan wind mixed layer (campuran akibat angin) saja. Massa air pada
lapisan ini akan membeku dan kemudian menjadi lapisan es. Karena lapisan es
lebih ringan dibandingkan air, meskipun secara volume es lebih besar, es akan
terapung di atas air. Sedangkan pada lapisan air yang lebih dalam akan berisi
massa air yang memilikii densitas maksimum.
Berbeda dengan air tawar, pada air bersalinitas
tinggi tidaklah mudah terbentuk lapisan es. Sebagai pengingat, semakin tinggi
salinitas, maka makin besar pula nilai densitas. Air tawar memiliki densitas
yang lebih kecil sehingga proses pembentukan lapisan es pada air tawar lebih
mudah dibandingkan pada air bersalinitas tinggi. Gbr 2 menunjukkan titik
beku dan titik densitas maksimum pada suhu dan salinitas yang berbeda. Titik
pertemuan antara titik beku dan titik densitas maksimum adalah pada salinitas
24,7 ‰, pada suhu -1,3320C.
Gbr 2. Diagram
suhu dan salinitas
(http://faculty.uml.edu/Nelson_Eby/87.202/IMAGES/Temp/chlorinity)
Air yang bersalinitas kurang dari 24,7 ‰, memiliki
titik beku yang lebih rendah daripada titik densitas maksimum. Artinya massa
air akan melalui suhu yang menyebabkan densitas menjadi maksimum dan
berhentinya proses konveksi terlebih dahulu sebelum mencapai suhu yang
menyebabkan air menjadi beku. Pada air bersalinitas kurang dari 24,7 ‰ memiliki
prinsip yang sama seperti air tawar. Sehingga proses pembentukan lapisan esnya
juga sama seperti pembentukan es yang terjadi pada air tawar.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi massa
air yang memiliki salinitas di atas 24,7 ‰. Pada massa air bersalinitas lebih tinggi,
air akan melalui titik bekunya terlebih dahulu baru kemudian mencapai titik
densitas maksimum. Hal ini berarti selama terjadi proses pendinginan, dalam keseluruhan
kolom air masih terjadi proses konveksi vertical. Walaupun titik beku telah
dicapai, tetapi karena massa air masih terus bergerak, massa air berdensitas
besar bergerak ke bawah dan pada permukaan digantikan oleh massa air yang
berdensitas kecil, maka proses pendinginan yang seharusnya terjadi menjadi
diperlambat. Sehingga pada permukaan tidak terbentuk lapisan es, kecuali
pendinginan terjadi terus menerus dan dalam waktu yang lama, sehingga suhu
dapat mencapai titik di bawah titik densitas maksimum.
Kira-kira sih inti penjelasannya seperti itu. Mudah-mudahan sedikit memberi pengetahuan...
Diambil dari :
Assignment 2 Oseanografi Fisika
with Prof. Mulia Purba
Related citation :
Duxbury
AC, Duxbury AB. 1991. An Introduction To The Wolrds Oceans. 3rd
Edition. USA : W.M.C Brown Publisher
Stewart RH. 2002. Introduction to Physical Oceanography. Departmen of Oceanography
Texas Texas : A & M University.
Tomczak
M. 2000. An Introduction to Physical Oceanography.
Wilson
JD. 1989. Physics “A Practical and Conceptual Approach”. Second Edition. London
: Saunders Golden Sunburst series.
mkci yaaaa
BalasHapusmakasih ya, postingannya sangat membantu
BalasHapus